Aura Positif

Ketika sedang menunggu pesanan makanan di warung tenda pinggir jalan, seorang bapak separuh baya tiba-tiba mendekati saya sambil berkata “Aura bapak bagus...”

ilustrasi (www.hatiwanita.com)

Jujur, waktu itu saya sangat kaget, bingung dan rada-rada curiga. Tetapi karena di tempat itu kebetulan ada beberapa orang yang juga sedang menikmati makan malam, saya pun berangsur bisa tenang.

“Boleh saya duduk sebentar,” katanya dengan sopon sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.

Dan seketika, diapun permisi untuk melihat guratan telapak tangan saya.

“Bapak kurang berolah raga… Bapak harus membiasakan diri berolah raga minimal 30 menit setiap hari, bisa berjalan kaki atau berlari kecil. Supaya tubuh bapak tetap bugar,” kata dia.

Bapak ini tipe orang sukses tapi hanya kalau mulai berwiraswasta dan harus di sektor jasa.

“Bapak bukan tipe pedagang yang bisa duduk dibelakang meja sambil menunggu pelanggan.... Bapak bisa mencoba usaha jasa dibidang konsultan bisnis, broker properti ataupun agen asuransi. Dan bapak harus memulainya sebelum umur 50 tahun. Jangan sampai  lewat umur itu.”

Sambil memperhatikan wajahku dalam-dalam diapun berujar “Aura kumis bapak itu bagus dan jangan dipotong….”

 Celotehan dia pun terhenti sejenak ketika pesanan makanan saya datang, sambil menawarkan sang bapak untuk ikut makan.

“Kalau bapak tulus, (makanan) untuk saya dibungkus saja,” kata dia sambil memesan ayam goreng.

Setelah memesan makanan, dia pun meneruskan ceramahnya tanpa sedikitpun saya mencoba untuk mencela dan bahkan bertanya siapa dia (namanya).

“Ada 3 pesan ke bapak..”

Pertama, Jangan berjudi (No Gambling) karena sekali bapak mencoba berjudi, bapak akan hancur.

Kedua, Harus rajin berbagi dengan orang lain. Semakin banyak berbagi, semakin berlimpah rejeki yang akan bapak terima. Tuhan akan memberi rejeki berlimpah...

Ketiga, (setelah bertanya agama) Bapak harus rajin ke Gereja,....dan jangan percaya kepada siapapun, kecuali kepada Tuhan. God Bless You and rajin ke Gereja ya…

Dan seperti tanpa beban, sang Bapak pun pamit sambil bersalaman, pergi tanpa pernah melihat kebelakang lagi. Berlalu dengan nasi bungkus dan sebuah payung di tangan kanannya.

Saya hanya terpaku diam, antara percaya dan tidak.

Sebetulnya tidak ada yang terlalu hebat dengan “kotbah” si bapak ini. Semua sudah tahu bahwa olahraga penting untuk kesehatan, berjudi bisa membuat hancur, berbagi rejeki akan berbuah keindahan dan sebagai orang Kristen hanya percaya pada Tuhan saja. Ini semua pengetahuan dasar yang bahkan anak sekolah Minggu (SD) pun bisa lancar untuk menghapalnya.

Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa kata-kata itu begitu membekas, Tegas, singkat tapi positif. Kata yang walaupun sudah umum terdengar tapi mampu untuk mengobarkan gairah dan semangat hidup baru. Sebuah motivasi hidup.

Kata-kata positif ini bahkan terus terngiang-ngiang sepanjang perjalanan pulang kerumah sebelum kemudian saya menuliskannya di sebuah catatan kecil.

“Apakah saya mampu mempraktekkan?

Ya.. berpikir positif bukanlah perkara yang mudah disaat badai hantaman demi hantaman hidup datang silih berganti, terlebih ditengah perubahan jaman yang kini begitu cepat dan terus melejit.

Pun demikian, belajar hidup dengan berpikir positif sangat mungkin dipelajari.

Lihat saja, Buku “Chicken Soup For the Soul” yang mengupas ratusan kisah-kisah inspiratif tentang mengubah hidup dengan berpikir positif, hingga kini laris bak kacang goreng.

Ratusan ciutan-ciutan inspirasi hidup pun kini berseluran disemua sosial mulai dari facebook, whatsapp (WA), twitter maupun Youtube setiap hari.

Semua seakan berlomba untuk berbagi kata dan motivasi untuk hidup positif.

“Saat Gairah Muncul, Motivasi Pun Datang,” demikian kata Michaeal Schumacher, sang legendaris pembalap Formula 1 asal Jerman.