Natal Telah Tiba: Kenapa Harus Pulkam?


Apakah kalian akan merayakan Natal di kampung tahun ini?

Inilah pertanyaan yang sering meluncur saat bersua teman sekampung di perantauan, tidak peduli walau pertemuan itu masih di pertengahan tahun. Saat berselancar di dunia maya pun, demam pulkam ini juga menjadi status yang hit juga loh. Seakan semua bernyanyi gembira, nan riang menyambut liburan Natal dan Tahun baru.....“Natal telah tiba, Natal telah tiba....hore... hore.. ayo pulkam (mirip lagu ala libur telah tiba oleh Tasya).

Oppung2 yang di kampung juga tidak kalah hebohnya menyambut Natal ini. Maklum, hanya saat libur Natal saja mereka akan bertemu dengan banyak perantau yang pulkam. Desa yang tadinya dingin nan sepi, jadi hangat dan rame lengkap dengan semerbak wangi2an yang begitu lembut ala kota. Hamparan halaman yang biasanya sepi dipagi hari berubah rame bak pasar pagi yang dipenuhi wajah2 senyum. Berjabat tangan dan berpelukan ala teletabis untuk melampiaskan rasa kangen yang lama terpendam.

Pun para perantau, banyak yang hanya bertemu saat pulkam (dihari) Natal. Satu hari terasa begitu cepat.

Hayalanku kembali ke tahun 70an sampai 90an, ketika masih merayakan Natal dan Tahun baru bersama orangtua dan teman2 di kampung. Natal menjadi hari yang sangat spesial, tidak hanya bagi anak-anak, tapi juga para pemuda/i dan bahkan orang tua.

Spesial karena hanya di hari Natal lah anak-anak mempunyai kesempatan untuk mendapatkan baju baru (minus sepatu baru tentunya hehehehe karena masih harus memakai sepatu sekolah lho). Baju baru ini akan di pakai saat bernatal di gereja di malam hari dan juga esoknya dipagi hari. Ya, membeli baju baru merupakan kejadian sekali dalam setahun.

Kami pun harus unjuk kebolehan akan ayat2 liturgi didepan orang tua sebelum tampil di altar Gereja. 

Saat perayaan malam Natal hampir selesai, semua anak-anak sudah bersiap untuk berlari mengambil sisa lilin yang belum habis dari pohon natal di altar Gereja. Siapa cepat dia yang dapat....hehehehe. Sialnya, saya tidak pernah berhasil untuk mendapatkan satu lilin pun. Bagi anak2 desa, mendapatkan lilin ini adalah kenangan Natal terindah.

Oh ya...baju baru ini pula yang akan di "pamerkan" ketika akan bertahun baru ke rumah tulang. Alamak...enak nya pakai baju baru sambil bernyanyi kecil walau akan melewati jalan setapak yang sering becek karena dikampung biasanya Desember adalah musim hujan.

“Bagus sekali bajumu bere,” begitulah selalu pujian pertama dari Tulang dan nantulang, yang membuat hati ini bersorak, walau tangan baju baru harus di lipat2 karena kepanjangan hahahahah. Ah..pujian tulang ini membuat batinku seakan menangis bahagia. Dipuji di depan pariban pula, membuat rona mukaku berwarna warni bak rasa nano nano...hehehehe. Terima kasih tulang.

Para muda/i juga sering hanyut begitu dalam menyambut Natal ini. Anak2 sekolah mulai dari SMA dan Perguruan Tinggi yang biasanya sudah merantau akan pulang kampung lengkap dengan gaya dan dandanan masing2. Saat malam Natal kedua, mereka menjadi bintang panggung heheheh. Mereka akan membawakan vocal grup dengan lagu2 berbahasa Indonesia yang mereka sudah latih di sela2 jam sekolah/kuliah mereka yang kebanyakan di Medan. Mereka pun seakan belomba untuk menghibur orangtua di kampung yang saat itu sangat jarang menikmati hiburan malam. Apalagi di desaku TV baru ada di tahun 90an akhir.

Natal menjadi spesial karena hanya saat perayaan malam Natal saja, semua orang desa akan keluar rumah di malam hari untuk kemudian berangkat bersama ke gereja. Tidak ada pertemuan gereja yang di selenggarakan saat malam hari. Mereka akan berbondong2 berangkat sambil membawa lampu strongkeng untuk menembus jalan setapak yang gelap gulita.

Hanya saat liburan Natal juga, semua keluarga di kampung berkumpul untuk memotong hewan (atau disebut Marbinda) yang akan di bagi untuk semua keluarga.  Kaum Bapak dan pemuda/i biasanya bekerja bersama mendadani pohon cemara sebagai pohon Natal dengan berbagi ornamen dan pernik pernik natal digereja

Ya begitulah kemeriahan Natal menggema di hampir semua sudut2 ruangan di kampung, rasa suka cita natal melampaui batasan-batasan kota. Natal bak sihir yang membuat rasa rindu kampung halaman meluap..

Kini Natal telah tiba....Natal yang tentu sudah berbeda dengan tahun 90an.

Namun tradisi pulang Kampung tidak akan pernah pudar oleh jaman. Anak2 kampung yang kini diperantauan akan selalu berusaha untuk pulkam bersua dengan keluarga dan teman sekampung. Pulkam untuk menikmati sejuknya udara kampung, sejuknya senyuman para tua-tua di kampung dan sejuknya kehangatan pelukan mereka. Pulkam juga berarti memperkenalkan anak2 (cucu) dengan kampung halaman (orangtua mereka).

Rekan...apakah kalian akan merayakan Natal di kampung tahun ini?

Terima lah salam Selamat Natalku....

Selamat Natal








1 comment for "Natal Telah Tiba: Kenapa Harus Pulkam?"

Post a Comment