Dari Pesta ke Arisan
Lintong (45) sering kewalahan mengikuti
lincahnya derap langkah mertuanya (70) di akhir pekan. Jadwalnya padat. Dari Pesta
ke Pesta, Arisan berganti Arisan hingga setumpuk pertemuan bulanan yang sudah terjadwal
bersama keluarga, lingkungan dan Marga. Pokoknya Sabtu-Minggu waktunya bercipika-cipiki.
Ilustrasi Pesta Bona Taon |
Padahal bagi Lintong, ayah tiga dari anak ini, Sabtu-Minggu
itu “Me-Time.” Bangun bisa siangan, kalau lagi rajin bisa berpoco-poco ria di
rumah sambil olah badan dikit. Atau kalau bangunnya masih subuh bangat dan
belum ada batang hidung orang terlihat, bisa bergoyang Maumere didepan rumah
hahahah. Putar ke kiri, Putar ke Kanan…Pokeke, senang aja.
Weekend itu waktunya menghilangkan penat setelah
berjibaku dari Senin ampe Jumat mengejar prestasi karier. Walau ada juga yang
mengejar segengam berlian. Kalau dari Bekasi misalnya, orang kantoran yang ngak
suka bermacet ria, sudah berangkat kerja ke Jakarta jam 5 an saat sang buah hati
masih bobo. Pulang pun sudah jam 7 an, hanya beberapa jam sebelum mutiara2nya (anak)
tidur.
Kalau kuli tinta, ini lebih ngak jelas lagi coy,
jam pamit ke keluarganya ngak jelas, pun pulang juga ntah kapan. Bisa-bisa
nyampe di rumah saat waktu anak sudah bermimpi dua kali hehehe.
Mungkin lagu “Demi kau dan sibuah hati, terpaksa
aku harus begini,” ini bisa jadi jembatan penghubung cinta tetap hangat antara sang
istri yang merasa kasihan karena jam kerja suaminya ngak jelas dengan semangat
sang suami untuk bekerja lebih keras lagi. “Aku berangkat ya sayang, untuk kamu
dan buah hati kita,” so sweet...
So, sering di hari Minggu anak-anaknya sudah
booking waktu papanya lagi, “Pa (Papa), Sabtu sama Minggu depan kita
jalan-jalan ke….ya.” itulah deklarasi sang anak setelah weekend berakhir. Semua
punya suara untuk mengisi titik-titik sebelum rapat demokrasi kecil dilaksanakan
untuk mengambil satu kesepakatan.
Oh ya, weekend juga sering menjadi jeda sesat bagi
Lintong setelah beberapa kali dapat omelin sama bos ditempat kerja hehehe. Kasihan
deh..
Weekend
“Kok, Sabtu-Minggu malah lebih capek ya?
Coba kita lihat, jadwal Mertuanya Lintong, yang juga seorang pensiunan, sebagai perbandingan.
Pesta pernikahan sudah pasti ada tiap
bulan..bisa-bisa tiap hari Sabtu. Itu full satu harian. Apalagi sekaliber
mertuanya Lintong yang sudah didapuk sebagai salah satu Raja Adat di Ibukota
negeri ini. Kemana sang Mertua acara, Lintong selalu diajak untuk
diperkenalkan ke keluarga dekat.
Malam hari, sudah menanti Arisan Parsahutaan
(Lingkungan), ini sudah jelas, satu kali sebulan. Ada juga yang dilakukan hari Minggu – Siang atau mulai Sore hari.
Trus, ada arisan bulanan Marga. Kalau yang ini sifatnya bertingkat mulai dari level lingkungan, Kabupaten hingga Antar Kota Antar Provinsi
(AKAP Jabodetabek – Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) dan dari 2 belah
pihak; dari Marga Mertua Lelaki dan Mertua Perempuan.
Lain lagi,, kalau ada arisan dari marga ibunya
mertua Laki-Laki dan Perempuan.
Belum lagi acara bona taon (Awal Tahun) marga.
Itu pun bertingkat, Bonataon tingkat Indonesia bahkan ada juga sedunia.
Masalahnya, semua acara ini menumpuk di hari Sabtu
atau Minggu, terutama di kota perantauan, seperti Jakarta, Medan, Surabaya dan
lain-lain. Banyak para tua-tua masuk Gereja Subuh (kalau ada) supaya bisa ke
acara pesta atau arisan.
Kalau di kampung (Huta), hari pelaksanaan acara pesta pernikahan
sering menyebar, tidak bertumpuk di hari Sabtu. Maklum, kan ngak perlu nyewa
gedung …cukup tikar dan tenda saja. Halaman luas tersedia. Duduk manis bersama
hassang (kacang).
Dalam Adat batak, ada peribahasa “Sisoli-soli do uhum siadapari do gogo,”
artinya, hadirilah dan laksanakananlah kewajibanmu pada adat sesuai dengan
posisimu, agar orang lain berbuat demikian saat anda melaksanakan acara adat
nanti.
Sepintas, kalau melihat daftar acara sepert ini, pasti berat berat,
tapi kekeluargaan dan adat itu harus tetap dijaga dan dijalankan. Ini Realitas
Hidup. Tetaplah bersyukur.
Selamat menikmati.
No comments for "Dari Pesta ke Arisan"
Post a Comment